Minggu, 16 Juni 2013

Nunung Bakhtiar




Nunung Bakhtiar




Lukisan  ini dibuat pada saat tinggal di villa
bukit tepi Pantai Indicator, Raglan, Waikato,
New Zealand. Terilhami suasana Maori,
dilukis on the spot.



The Exhibition



Sang Pelukis dan Novelis



Nunung Bakhtiar
Yuleng Ben Tallar




Novelis Yuleng Ben Tallar bersama
 pelukis Nunung Bakhtiar

PAMERAN tunggal yang keenam ini sengaja saya gelar bertepatan dengan hari ulang tahun yang ke-61, pada 14 Juni 2013. Konon di usia senja kita harus tetap menjaga aktivitas agar segala fungsi di tubuh tetap berjalan sebagaimana harusnya. Saya memilih melukis karena hati dan perasaan akan tetap terpacu menyemangati kehidupan ini.
Kebetulan pembukaan pameran tunggal kali ini bertepatan dengan ulang tahun perkawinan kami yang ke-40. Kebetulan pula suami saya baru saja menyelesaikan buku novelnya yang berjudul Gadis Tiyingtali. Lagi-lagi kebetulan, novel tersebut bergenre seni lukis.
Bergelut dengan seni ini pulalah yang membuat kami bisa menikmati hari tua dengan penuh kebahagiaan. Pengalaman saya berinteraksi dengan dunia seni lukis, mengilhami suami saya dalam menulis novelnya. Ia mengeksploitasi gejolak hati seorang pelukis, memahami lebih mendalam seni lukis –dia juga seorang kolektor lukisan– dan menggabungkannya dalam sebuah kisah dari apa yang telah ia ketahui.
Dengan demikian, ketika kita membaca novel Gadis Tiyingtali, ibaratnya menikmati sebuah kisah sekaligus mendapatkan referensi tentang dunia seni lukis berikut liku-liku permasalahannya. Bagaimana proses sebuah lukisan dibuat, penjualannya, sampai ke “penggorengan” agar lukisan itu bisa laku dengan harga yang fantastik.
Ada yang mengatakan, salah satu tokoh dalam novel Gadis Tiyingtali itu adalah diri saya. Benarkah demikian? Mungkin Yuleng Ben Tallar terinspirasi sifat-sifat saya. Juga gaya hidup saya dalam berkesenian. Itu semua tersirat dalam diri Novie –tokoh dalam novel tersebut– kendati tidak sepenuhnya seperti itu. Paling tidak, demikianlah adanya, terutama yang menyangkut dunia seni lukis. Sementara kisah-kisah lainnya semata fiktif, khas kelincahan berpikir sang novelis.
Pameran lukisan yang sekaligus launching Gadis Tiyingtali ini sebenarnya hanyalah pertanggungjawaban kebersenian kami kepada masyarakat, terutama kepada diri sendiri, dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda di sekitar kami, bahwa usia bukanlah harga mati untuk berprestasi. Teruslah beraktivitas kendati usia sudah tidak muda lagi. Itu inti yang ingin kami jadikan virus guna menulari masyarakat kita pada umumnya. (*)

Nunung Bakhtiar

Novel bergenre seni lukis
dengan cover lukisan
M. Darjono















Pameran Nunung Bakhtiar



Nunung Bakhtiar





Ekspresi Dua Penari, oil on canvas.


Pameran Tunggal Simultan


PAMERAN tunggal yang saya gelar sekarang ini agak istimewa. Kalau biasanya para pecinta seni datang dan melihat langsung ke tempat pameran, kali ini mereka bisa pula menyaksikan tanpa harus hadir di Galeri Surabaya, DKS (Dewan Kesenian Surabaya), pada saat pameran berlangsung, 14-19 Juni 2013.
Saya menyadari, terkadang mereka yang saya undang ingin sekali hadir ke tempat pameran –terutama pada acara pembukaan. Namun akibat padatnya kesibukan, atau jarak tempuh yang kurang memungkinkan, mereka tidak bisa hadir sampai pameran itu sendiri berakhir.
Untuk mengatasi kendala ini, maka saya menggelar pameran secara simultan –di gedung seperti lazimnya, serta di dunia maya melalui blogspot.com. Adapun lukisan yang saya pamerkan di kedua media ini seratus persen sama. Yang membedakan, pameran melalui media maya berlangsung 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan 52 pekan setahun. Kapan pun dan di manapun pameran itu bisa diikuti oleh para kolektor serta pemerhati seni melalui http://lukisannunungbakhtiar.blogspot.com . Malah informasi di blog ini akan saya up date setiap saat.
Andaikan ada kolektor yang berminat, transaksi secara online juga bisa dilakukan. Siapapun memperoleh hak yang sama untuk mendapatkan lukisan yang dikehendaki, baik di tempat pameran maupun di media maya, bergantung siapa yang terlebih dahulu menyatakan minatnya.
Semoga dengan kemajuan teknologi ini semuanya akan menjadi lebih mudah. Terima kasih atas segala perhatian yang diberikan.


Nunung Bakhtiar

Pengantar Pameran

Nunung Bakhtiar







Kalam


BERSYUKURLAH apabila seseorang bisa me­ra­sa­­kan keindahan di sekelilingnya kare­na ke­indah­an itu sesungguhnya anuge­rah da­ri Tuhan yang Maha Esa. Kepekaan naluri para seniman tidak da­tang begitu saja, melainkan melalui pro­ses pan­jang yang bahkan kadang me­lelahkan untuk mampu menangkap sesuatu yang dirasa in­dah. Sesungguh­nya keindahan itu ada di sekeliling kita, di kehidupan kita, di alam dan ling­kung­an, di dalam sebuah gagasan, yang kemudian dituangkan dalam penciptaan se­­bu­ah karya seni.
Pada pameran karya seni lukis seperti se­karang ini, masyarakat diharapkan bi­sa ikut merasakan sekaligus menik­ma­ti keindahan yang ada di seke­li­ling­. Dengan de­mi­ki­an, keindahan yang ka­sat mata ini bisa menjadi keindahan peri­laku pada sesama (ho­ri­zon­tal), dan ke­indahan vertikal, yaitu keindahan me­tavisual yang transendental atau ke­illa­h­ian.
Inilah suatu manfaat berpameran.
            Pameran tunggal kali ini adalah pertanggungjawaban saya sebagai pelukis dalam penciptaan suatu karya. Adakah proses perubahan dari masa ke masa yang bisa saya raih? Kalau kemampuan saya terhenti –atau bahkan menurun– di sanalah tanda-tanda akhir dari suatu karier. Itu sebabnya saya selalu berproses, senantiasa meraih asa mencapai titik tertinggi.

Surabaya, 14 Juni 2013



Nunung Bakhtiar

Sabtu, 15 Juni 2013

Lukisan yang Dipamerkan-1




Nunung Bakhtiar


Siesta, acrilic on canvas




Nyoman di Taman, acrilic on canvas





                                                                                               Window of Raglan, acrilic on canvas



Lukisan yang Dipamerkan


Nunung Bakhtiar



 White Lily


Hasil Kebunku



Duck in Love 



Menjaring Rezeki




Still Life



Lotus



Smiling Fishes


The Pink Lotus



Yellow Flowers


The Lucky Fish






















Lukisan yang Dipamerkan

Nunung Bakhtiar



Ekspresi Dua Penari



Lily Merah


























Serumpun Bunga di Taman



The Dancer






































Red Adenium 




Alam Semesta



Legong Kraton



Kecombrang



Lukisan yang Dipamerkan



Nunung Bakhtiar


Kursi 2000, dilukis sebelum Pemilihan Umum. Ternyata keluar sebagai
pemenang Gus Dur (PKB) sebagai Presiden, Megawati (PDI-P) sebagai
Wakil Presiden, Akbar Tanjung (golkar) sebagai Ketua DPR-RI dan
Amin Rais (PAS) sebagai Ketua MPR-RI.
(Perhatikan warna-warna latar belakang)





Ngaben. Lukisan ini pernah dua kali terjual dipameran, namun 
dua kali pula kembali kepada sang pelukis. Selanjutnya, 
lukisan ini menjadi koleksi pribadi.







Hunian di Pedesaan








Nyoman Gadis Desa




Senandung Cinta









Jumat, 14 Juni 2013

About Nunung Bakhtiar




Nunung Bakhtiar


 Senandung Cinta, acrilic on canvas


Nunung Bakhtiar:
Lahir di Malang, 14 Juni 1952

Konsep Berkarya:

Menganut konsep counture destructure, perpaduan antara yang berstruktur dan yang tak berstruktur, tidak terlalu mementingkan bentuk, menyukai komposisi warna spontan.
Melukis menjadi katarsis dari kegelisahan jiwa, ekspresi pikiran dan batin yang dapat melatih kepekaan diri pada lingkungan sosial.
Belajar secara otodidak melalui talenta yang ada pada diri, membaca buku seni rupa maupun sejarah seni lukis. Banyak berdiskusi dengan para seniman, dan mengunjungi museum seni lukis di dalam dan luar negeri.
Melukis sejak di bangku sekolah (SMA 9), dan mulai serius ketika pindah ke Bali pada 1983. Baru pada 1991 memberanikan diri tampil dalam pameran. Talentanya terbangun dari atmosfier di sekitarnya. Ayahnya melukis. Mertuanya, Wiwiek Hidayat, bahkan pelukis andalan Surabaya. Suaminya kolektor dan novelis yang sekali-kali juga melukis. Anak-anaknya pun melukis.

Pengalaman Pameran:
1990-2013       Kurang lebih 100 kali pameran bersama di Surabaya, Malang, Batu, Jakar­ta, Bandung,
                        Yogyakarta, Palembang, dll
1994                Pameran di Kent Arthur Gallery, Singapore
1994                Study banding ke museum di Eropa, melukis bersama di France dan Venesia
1995                Pameran di Toronto, Canada
1998                Pameran bersama Diany Sinung (Bali) di Netherland
2000                Pameran di Badnauheim, Germany
2000                Pameran Tunggal di Hotel Novotel Surabaya
2003                        Pameran tunggal di Den Haag dan Van Gogh Centrum, Netherland
2004                        Pameran senirupa bersama di Puring Arts Studio, Surabaya
2005                        Pameran Tunggal di Ngaruawahia, New Zealand
2006                        Pameran Bersama di Jakarta
2007                        Pameran Tunggal di Surabaya
2011                Pameran Tunggal di Hotel Mercure Surabaya
2013                Pameran Tunggal di DKS Surabaya

The Painters, by Yuleng Ben Tallar

Nunung Bakhtiar


Memadu Cinta, acrilic on canvas

The Painters *

            She was born on the 14th of June, 1952, in Malang, East Java, Indonesia. She loved to draw and to paint since young. She got her talent from her father. She was Javanese dancer before. Her painting objects are flowers and surrounding nature, including landscape.
            A realist by instinct and comtemplative by choice, Nunung remains modest behind her somewhat aloof facade. Discreetly but genuinely generous, she is wary of words and prefers action; her view of world is deep. While she pretends to see nothing or only what she is shown, her sharp mind notes everything; vocabulary, mimicry, gestures, behaviour, and postures. Expressions on canvas give a better idea of her subjects more than painting with strict realism could ever show.
Nunung is an artist and a sensitive woman with a warm smile emanating goodness to all that she loves. She has long practiced martial arts and understands how to control her instinct and aggressions.
In Nunung works painting becomes a mode of being; colour is not seen as separate from the sensitivity to plastic form. For her form does not exist without colour and, reciprocally, colour does not exist without form. Colour, in its power and concentration, is necessarily complex; it is the whole spectrum of the pallete.
In colour, she finds the balance to anchor her aesthetics. Colours flave like fiveworks in her bouquets; one is stunned by the sumptuousness of her reds and yellow, by the depth of her blues.
Nunung keeps the best of her modulations, accentuations, and nuances for bright coloured flowers, whose character and even scent she revives with a single patch of colour in the simplest shape. She composes bouquets with flowers that are as much a dream as they are a reality.
Once she has decided on the setting of colour, Nunung no longer needs the drawing. By using her thumb or pressing the pallete knife she “throws herself” onto the canvas. She some times barely touches the surface, gliding across it; at other times she lashes out, spreading the colour paste with a spetula or a finger. She freely kneads the colour paste which is full of surprises. Her mixtures produce bright colour tones.
·         Yuleng Ben Tallar 

Suasana Pameran



Nunung Bakhtiar




         Sang Pelukis dan Novelis, sebagai inspirasi bahwa manula seharusnya terus berkarya.
    Mengenai buku dan novel karya Yuleng Ben Tallar, ikuti link http://novelyuleng.blogspot.com
 
Sejumlah undangan hadir dalam acara pembukaan







Kiai Zainuddin Husnie membuka
pameran



Bersama undangan lainnya menyaksikan karya seni



Suasana pameran di hall Galeri Surabaya



Bersama wanita-wanita kolektor






Bu Nyai dan Nana Tommy





Sri Oka dan Gadis Tiyingtali






Bersama anggota Old Soerabaia








Kursi 2000, akankah
terulang di pemilu mendatang?




"Mengabadikan"




* Foto-foto karya Dino Kiliaan