Nunung Bakhtiar
Yuleng Ben Tallar
|
Novelis Yuleng Ben Tallar bersama
pelukis Nunung Bakhtiar |
PAMERAN tunggal yang keenam ini sengaja
saya gelar bertepatan dengan hari ulang tahun yang ke-61, pada 14 Juni 2013.
Konon di usia senja kita harus tetap menjaga aktivitas agar segala fungsi di
tubuh tetap berjalan sebagaimana harusnya. Saya memilih melukis karena hati dan
perasaan akan tetap terpacu menyemangati kehidupan ini.
Kebetulan pembukaan
pameran tunggal kali ini bertepatan dengan ulang tahun perkawinan kami yang
ke-40. Kebetulan pula suami saya baru saja menyelesaikan buku novelnya yang
berjudul Gadis Tiyingtali. Lagi-lagi
kebetulan, novel tersebut bergenre seni lukis.
Bergelut dengan seni ini pulalah yang membuat kami bisa
menikmati hari tua dengan penuh kebahagiaan. Pengalaman saya berinteraksi
dengan dunia seni lukis, mengilhami suami saya dalam menulis novelnya. Ia
mengeksploitasi gejolak hati seorang pelukis, memahami lebih mendalam seni
lukis –dia juga seorang kolektor lukisan– dan menggabungkannya dalam sebuah
kisah dari apa yang telah ia ketahui.
Dengan demikian, ketika kita membaca novel Gadis Tiyingtali, ibaratnya menikmati
sebuah kisah sekaligus mendapatkan referensi tentang dunia seni lukis berikut
liku-liku permasalahannya. Bagaimana proses sebuah lukisan dibuat,
penjualannya, sampai ke “penggorengan” agar lukisan itu bisa laku dengan harga
yang fantastik.
Ada yang mengatakan, salah satu tokoh dalam novel Gadis Tiyingtali itu adalah diri saya.
Benarkah demikian? Mungkin Yuleng Ben Tallar terinspirasi sifat-sifat saya.
Juga gaya hidup saya dalam berkesenian. Itu semua tersirat dalam diri Novie
–tokoh dalam novel tersebut– kendati tidak sepenuhnya seperti itu. Paling tidak,
demikianlah adanya, terutama yang menyangkut dunia seni lukis. Sementara
kisah-kisah lainnya semata fiktif, khas kelincahan berpikir sang novelis.
Pameran lukisan yang sekaligus launching Gadis Tiyingtali ini sebenarnya hanyalah
pertanggungjawaban kebersenian kami kepada masyarakat, terutama kepada diri
sendiri, dengan harapan bisa menjadi inspirasi bagi kaum muda di sekitar kami,
bahwa usia bukanlah harga mati untuk berprestasi. Teruslah beraktivitas kendati
usia sudah tidak muda lagi. Itu inti yang ingin kami jadikan virus guna
menulari masyarakat kita pada umumnya. (*)
Nunung
Bakhtiar
|
Novel bergenre seni lukis dengan cover lukisan M. Darjono |